![](https://static.wixstatic.com/media/55459c_6dfff2f3af864cd0bb969be0d632a202~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_1199,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55459c_6dfff2f3af864cd0bb969be0d632a202~mv2.jpg)
Negara Kincir Angin memiliki kisah tersendiri bagi Asri Maharani, awardee dari University of Twente Scholarship dan Holland Scholarship. Hal yang terdengar sangat sulit untuk dicapai, namun kesempatan emas ini diperoleh Asri dengan keringat dan air mata. Dulunya Asri merupakan lulusan mahasiswa S1 di salah satu universitas di Indonesia dan diterima beasiswa KIP-K. Semangat dan harapannya tinggi untuk melanjutkan studi di luar negeri. Sejak awal Ia mengenyam perkuliahan pendidikan, Ia berharap suatu saat nanti bisa melanjutkan studi dengan gelar Master of Education.
Sejak awal Ia merintis karir pendidikannya, Asri selalu mengutamakan untuk mendaftar kampus dan beasiswa di luar negeri yang sesuai dengan keinginannya. Setidaknya, ada empat sampai lima kali ia coba untuk mengambil studi S1 di luar negeri namun hasilnya masih nihil. Meski belum bertemu dengan titik terang, Asri pun memutuskan mengambil S1 dalam negeri dengan beasiswa KIP-K di jurusan pendidikan. Berada di jurusan pendidikan menurut Asri juga merupakan tantangan tersendiri. Stigma yang beredar mengenai lulusan jurusan pendidikan yang memiliki jenjang karir yang minim, membuat Asri harus banyak berdiskusi dengan orang-orang dengan latar belakang yang sama untuk mencapai studi luar negeri yang Ia inginkan.
“Awalnya aku banyak browsing tentang beasiswa luar negeri yang bisa aku ambil. Aku juga beberapa kali ikut pameran pendidikan, misalnya aku ikut pameran British dan European. Dari situ aku jadi mengenal universitasku, University of Twente serta jurusanku saat ini yaitu Educational Science and Technology,” Tanggap Asri mengenai perjalanannya mencari universitas di Eropa.
Setelah pencarian universitas yang linear dengan studi S1-nya, Asri tentunya perlu persiapan yang cukup untuk mengambil studi disana. Awalnya, ia penasaran dengan program aupair yang dijalani oleh salah awardee di Finlandia yang ia ikuti blog-nya, kemudian ia mencoba untuk riset mendalam mengenai program tersebut. Ia melihat program aupair dapat memberikan upah yang dapat Ia sisihkan untuk studi S2 nanti. Akhirnya, Asri memutuskan untuk mengikuti program aupair yaitu program cultural exchange di negara Eropa. Pada program ini, seluruh peserta harus membantu host family selama 30 jam dan mendapat upah sesuai dengan yang dikerjakan. Tentu hal ini menjadi kesempatan besar Asri untuk menyisihkan hasil jerih payahnya di aupair untuk melanjutkan studi S2 di Eropa.
![](https://static.wixstatic.com/media/55459c_3bc2082e54cc4bd7a7b1d1c953a61359~mv2.jpg/v1/fill/w_768,h_1024,al_c,q_85,enc_auto/55459c_3bc2082e54cc4bd7a7b1d1c953a61359~mv2.jpg)
Bagi Asri, program aupair merupakan turning point dalam hidupnya yang membawanya menjadi dirinya saat ini. Asri sudah 2 kali menjalani program aupair di Belanda dan Denmark demi memenuhi cita-citanya. Awalnya, program aupair yang Ia lakukan di Belanda berlangsung lancar tetapi dirasa tabungan belum mencukupi, ia pun melanjutkan program aupair di Denmark. Dimana kejadian tidak mengenakkan terjadi kepadanya, dan disinilah Ia memutuskan untuk berhenti menjadi aupair dan mulai mempersiapkan tes seperti IELTS dan membuat motivation letter.
“Kejadian yang paling mengesankan menurutku adalah saat aku memutuskan untuk berganti dari aupair lalu apply S2. Aku tanya senior-seniorku yang ada di aupair dan banyak juga dari mereka yang berhasil kuliah di Eropa setelah menjadi aupair,” cerita Asri. .
Selain mengandalkan tabungannya sebagai aupair, Asri tidak kehilangan akal untuk mencari beasiswa yang dapat mengakomodasi studinya di Belanda. Asri berpikir akan lebih baik jika ia juga mengambil beasiswa yang bisa lebih menunjang pendidikannya selama di University of Twente. Hal ini lah yang membawanya untuk mengambil 2 beasiswa sekaligus yaitu University of Twente Scholarship dan Holland Scholarship.
Holland Scholarship atau sekarang disebut NL Scholarship merupakan beasiswa yang dibiayai oleh Kementerian Belanda di beberapa kampus yang ada di Belanda, salah satunya University of Twente. Beasiswa ini ditujukan oleh European Economic Area (EEA) yang berisikan orang-orang non-Eropa yang ingin melanjutkan studinya di Belanda. Beasiswa ini hanya ditujukan sekali pada tahun pertama kuliah sehingga beasiswa ini bukan yang full tuition. Meski begitu, Asri tidak bergantung di satu beasiswa saja.
Kesempatan tiada hentinya datang kepada Asri yang gigih dalam menjalaninya studinya, University of Twente juga membuka kesempatan beasiswa yang bernama ‘University of Twente Scholarship. Beasiswa ini juga memiliki kebijakan yang mirip dengan Holland Scholarship. Awardee yang mendaftar ke University of Twente akan ditawari beasiswa dari kampus di tahun pertama. Namun jika mereka mengambil 2 tahun program master, pemberian beasiswa dapat diperpanjang dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
![](https://static.wixstatic.com/media/55459c_3a729cd51dff47fca71cedb57a1269e7~mv2.jpg/v1/fill/w_592,h_592,al_c,q_80,enc_auto/55459c_3a729cd51dff47fca71cedb57a1269e7~mv2.jpg)
Tentu peralihan dari bekerja hingga ia memutuskan untuk studi penuh di Eropa, bukanlah keputusan yang mudah. Sekitar 1 bulan, Asri perlu mempelajari IELTS yang bahkan Ia sendiri tidak memahami sama sekali bagaimana IELTS ini bekerja. Selanjutnya, dalam pengisian motivation letter menjadi salah satu momentum yang penuh ketelitian. Pasalnya, Ia tidak bisa sembarangan menulis motivation letter, tetapi perlu menyamakan visi misi yang selaras dengan beasiswa yang dipilih serta jurusan dan kampus yang dituju. Selain itu, proses pencarian beasiswa yang cocok untuknya juga menjadi tolak ukur untuk Asri dalam melanjutkan studi di Belanda. Kesempatan untuk dapat menerima 2 beasiswa secara bersamaan merupakan hal yang tidak terduga sebelumnya.
Pengalaman Asri selama di Eropa tentunya tidak semulus yang dibayangkan. Meski begitu, Asri yang saat ini sedang menempuh S2 pendidikan di Eropa tidak berhenti menginspirasi orang disekitarnya, terutama di bidang pendidikan. Ia sering berdiskusi dengan adik tingkatnya bahwa lulusan pendidikan juga bisa melanjutkan studi S2 di luar negeri. Meski sebelumnya ia adalah lulusan pendidikan dengan fokus pedagogi/mengajar di kelas, pada kesempatan ini Asri dapat menempuh S2 dengan fokus adult learning yang berkutat dengan training dan mentoring, yang ada di lingkungan kerja. Ia menegaskan bahwa bidang pendidikan tidak hanya tentang mengajar di kelas saja, namun juga ada bidang jurusan lain yang berasal dari pengaplikasian jurusan pendidikan di dunia kerja. Dari pengalaman Asri, dapat dilihat bahwa tiada satupun yang mustahil jika kita mau mengusahakan dan melihat peluang.
Comments