top of page
Coach Potato

The Art of Knowing Ourselves: Kisah Ajeng Tri Hayu Meraih Beasiswa LPDP di ITS

Selama ini, beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang dikelola oleh pemerintah Indonesia dikenal sebagai salah satu jalan pembuka kesempatan studi ke luar negeri. Namun, tahukah kalian bahwa LPDP juga menyediakan program beasiswa untuk melanjutkan studi di universitas ternama dalam negeri? Pendaftaran beasiswa ini dibuka dalam dua tahap setiap tahunnya, yaitu di awal dan pertengahan tahun. Dengan menjadi awardee LPDP, para pelajar berhak menerima komponen pembiayaan yang mencakup biaya pendaftaran, tuition fee, tunjangan buku, dana bantuan penelitian tesis atau disertasi, biaya seminar internasional, serta biaya hidup bulanan.


Cerita inspiratif datang dari Ajeng Tri Rahayu, former volunteer Coach Potato, yang sedang menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai penerima beasiswa LPDP. Melanjutkan bidang studi yang telah dia tekuni di jenjang sebelumnya, Ajeng saat ini tercatat sebagai mahasiswi jurusan teknik mesin. Ajeng menjelaskan alasannya mencoba peruntungan di LPDP adalah karena adanya keinginan untuk memperluas relasi.


“Ketika mengambil beasiswa, kita terekspos secara langsung dengan teman-teman sesama awardee dengan berbagai latar belakang, sehingga dapat menjadi motivasi untuk memperdalam kreativitas serta potensi diri,” tutur Ajeng dalam wawancara bersama Coach Potato.


Ajeng di tengah-tengah acara welcoming awardee LPDP di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Dalam wawancara yang sama, Ajeng membagikan perjalanannya dalam menghadapi proses seleksi LPDP yang tidak mudah. Ketika lulus S1, Ajeng fokus mengembangkan karirnya di salah satu perusahaan elektronik untuk sementara waktu. Tantangan terberat dirasakannya saat harus membagi waktu antara kegiatan di kantor dan persiapan seleksi beasiswa di saat yang bersamaan. Salah satu tantangan bagi Ajeng adalah ketika harus melakukan kontemplasi yang dalam untuk meyakinkan bahwa beasiswa ini dapat membantunya mencapai tujuan hidup. Ajeng mencapai kesimpulan bahwa LPDP mencari pemuda yang mau memberikan kontribusi bagi Indonesia sesuai dengan bidang masing-masing. Menanggapi hal ini, Ajeng bertanya-tanya tentang apa yang bisa dia kembangkan dan menjadi solusi untuk Indonesia. Proses ini yang membuat Ajeng lebih mengenal dirinya sendiri, menjadikan hal ini sebagai titik balik dalam perjalanan hidupnya.


Ajeng bercerita seputar komitmen eratnya untuk lulus tepat waktu sebagai awardee LPDP. Selain itu, Ajeng juga menekankan pentingnya memiliki track record IPK yang bagus karena setiap pencapaian setiap semester harus dikumpulkan dan dilaporkan ke LPDP. Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas essay yang telah dibuat sebagai bagian dari proses seleksi.


“LPDP mencari calon penerima beasiswa yang memiliki potensi untuk menjadi solusi atas permasalahan yang ada di Indonesia. Orang-orang yang tidak hanya pantang mundur, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Menjadi awardee LPDP bukan hanya sekedar mendapatkan beasiswa, tetapi lebih pada kesempatan untuk memberikan kontribusi signifikan bagi negara," ujar Ajeng.



Ajeng (kedua dari kanan) menjalankan proyek sosial bersama para awardee lain.

Menjelang pendaftaran beasiswa LPDP tahap 2 di bulan Juni 2023, Ajeng menjelaskan bahwa terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk nilai IELTS, essay yang menggambarkan rencana dan kontribusi yang akan diberikan, serta surat rekomendasi dari dosen, pihak akademik, atau atasan jika telah bekerja. Selain itu, juga diperlukan ijazah dan Letter of Acceptance (LoA) dari universitas yang dituju jika menghendaki untuk masuk melalui jalur LoA. Setelah tahap administrasi selesai, calon awardee selanjutkan akan dihadapkan dengan seleksi bakat skolastik di bulan Agustus dan dilanjutkan dengan tahap seleksi substansi pada bulan September. Para calon awardee dijadwalkan untuk menerima pengumuman hasil seleksi substansi pada bulan November 2023.


Menurut Ajeng, bahasa merupakan kunci utama dalam setiap proses pendaftaran beasiswa, maka para calon penerima beasiswa harus mempersiapkan diri mengambil IELTS dari jauh-jauh hari. Pada saat itu, rutinitas harian Ajeng adalah menghabiskan waktu untuk membaca dan meninjau artikel-artikel yang relevan, serta mencari inspirasi untuk mencari kecocokan antara dirinya dan LPDP. Penting juga bagi Ajeng untuk membaca karya ilmiah sebanyak 3 sampai 4 artikel per hari, dan mengatur waktu untuk memastikan tidak ada persyaratan administrasi LPDP yang terlewat.


Ajeng juga berbagi pengalaman saat menjadi volunteer Coach Potato, dimana dia berkesempatan mengikuti rutinitas para awardee yang ada di sana tentang bagaimana mereka mengatur waktu hingga berhasil mencapai beasiswa yang dituju. Ajeng menyadari bahwa lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam prosesnya. Jika kehadiran seorang mentor diperlukan, Ajeng sangat merekomendasikan bagi para pemburu beasiswa untuk memiliki mentor guna menjaga semangat dan melakukan persiapan secara optimal.


Terlepas dari tantangan dan rangkaian seleksi yang tidak mudah, Ajeng mengajak calon awardee untuk menyadari pentingnya mengenal diri sendiri dengan baik sebelum mengajukan aplikasi beasiswa LPDP. Ajeng juga berpesan bahwa jika menerima penolakan,maka ingatlah bahwa itu bukan akhir dari segalanya, justru dapat menjadi jalan pembuka bagi peluang-peluang yang tidak pernah terbayang sebelumnya.


44 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page